logo

logo
tumbuh subur tumbuh subur tunas-tunas pergerakan

Minggu, 23 Oktober 2011

kita perlu konsolidasi, koordinasi dan komunikasi

Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia merupakan organisasi cendekia yang dalam kiprah perjuangannya senantiasa memberikan andil yang proporsional dan profesional dalam kancah kehidupan berbangsa, bernegara  dan beragama.

Sepak terjang pergerakan ini meliputi semua aspek kehidupan itu sendiri. Sebagai wadah para alumni pergerakan, IKA PMII berkepentingan untuk merekrut, mendata, mengarahkan dan selanjutnya diharapkan perlu ada hasil kongkrit yakni berupa pilar Komunikasi, Koordinasi, dan Konsolidasi.

Tiga pilar ini perlu mendapatkan perhatian khusus guna mendapatkan satu networking organisasi dan manajerial program kerja yang professional, proporsional dan efektif. Inilah titik sentral visi   perjuangan guna mendorong dan mendukung alumni untuk mewujudkan kesejahteraan individu, sebagai pribadi  dan kesejahteraan organisasi, sebagai komitmen komunal.

Indonesia sebagai rumah kiprah pergerakan, senantiasa perlu mendapatkan porsi perhatian dan pemikiran alumni, guna didapatinya Indonesia yang makmur dalam kehidupan dan yang hidup dalam kemakmuran. Indonesia adalah lubuk hati perjuangan yang mesti sehat dan tahan uji dalam memperjuangkan cita-cita dan kehormatan yang kongkrit.

Islam sebagai ruh yang mewarnai pergerakan dan perjuangan, IKA-PMII sangat berkepentingan untuk terus menjalin silaturahiem dan kerjasama dalam berbagai bidang profesi dalam kehidupan anggotanya, seiring dengan tuntutan bangsa, Negara dan agama pada zamannya secara berimbang dan berkeadilan.

Persambungan silaturrahiem sebagai perwujudan human relationship yang dituntun olerh Rasulullah Salallahu ‘alaihi salam, kemudian ingin dikembangkan dan digali hikmah dan kontekstualitasnya, maka IKA-PMII sangat berkepentingan untuk menyelenggarakan kegiatan baik yang bernama Halal Bi Halal, konsolidasi program kerja, organisasi, maupun kebijakan.

Dari kegiatan ini, IKA-PMII diharapkan mampu menghadirkan aspirasi, kreasi dan partisipasi alumni sehingga secara kebersamaan mampu merumuskan program kerja yang kongkrit untuk bisa diejawantahkan dalam tuntutan kehidupan sehari-hari baik secara personal alumni maupun secara organisasi.

Ajang silaturahiem dan koordinasi ini, baik secara persuasif maupun secara dogmatis, sangat diharapkan untuk bisa memberikan side effect yang positif dan feed back yang jelas dan efektif bagi organisasi. Disamping itu forum ini merupakan khasanah bagi alumni untuk mengembangkan sayap-sayap kesibukannya dan menularkan ide-idenya yang aspiratif bagi IKA-PMII, dan tentu saja forum ini juga merupakan ajang bagi alumni untuk mendapatkan sisi lain dari sebuah romantika berorganisasi.

Side effect ini yang boleh jadi merupakan pil bagi kepenatan yang selama ini menggelayuti ketika kita harus berkarya dalam menjalankan pekerjaan rutinnya baik secara kedinasan maupun secara non kedinasan. Ghirah perjuangan memang terus memerlukan revitalisasi dan rekonstruksi yang simple, sesimpel nilai silaturahiem itu sendiri. Apapun kegiatannya, sepertinya kita perlu memfasilitasi temu kangen itu agar bisa menggelinding secara alami dan pasti bagi penemuan kembali pembaruan ide dan kesegaran cara pandang, yang boleh jadi wise bagi semua.

Inilah barangkali yang disebut sebagai gerbang utma dari sebuah kepastian. Kepastian sebagai organisasi bagi penemuan kembali fitrah warga pergerakan yang ‘seyogyanya’ menjadi perekat tali asih dari sebuah nilai lebih (an added value) yang memang harus ada dan perlu. Dan adanya adalah karena fitrah itu sendiri. 

Finally,  siapa pun alumni  pmii itu, sangat perlu dan membutuhkan konsolidasi, koordinasi, dan komunikasi. Adakah yang tahu rumus jitu untuk mewujudkan itu semua. Sederhana memang, akan tetapi, sepertinya kita perlu lagi butuh ruang untuk lebih suggestible untuk ketemu bukan sekedar kangen-kangenan, ataupun kongkow-kongkow semata. 

Akan tetapi pertemuan yang mampu mengelola kesibukan, aktivitas, ide, dan bahkan bisa membuat nuansa lain dari sebuah pergerakan lebih dari sekedar rutinitas keseharian. 

Salam pergerakan,
pastikan tetap Tangan Terkepal dan Maju Ke Muka !

Selasa, 18 Oktober 2011

Ketua Umum PB PMII dari masa ke masa

http://www.facebook.com/media/set/?set=a.177799985625921.43607.100001877631224&type=3

images silaturrahiem

wakil MENAG

direktur kumham

temu kangen

official team

big brother

llamyuzard

founding fa pmii


senyum harapan

dari sini ikapmii besar
ikapmii harus solid
wahid hasyim family


mohon restu, pak



syekh abdul qadir al jaelani


registrasi yang benar



gusdur and sahabat
silahkan berkarir
semestinya tenang

memang perlu jurus jitu untuk bisa besar

Suryadharma Ali : “Reformasi bangkitkan syahwat berpolitik”



Suryadharma Ali adalah Menteri Agama Republik Indonesia ke-21. Beliau mulai menjabat pada tanggal 22 Oktober 2009 setelah dilantik di Istana Presiden oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggantikan Muhammad Maftuh Basyuni. Sebelumnya sahabat Suryadharma Ali adalah Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia yang ke-9 menggantikan Alimarwan Hanan pada kabinet bersatu mulai tanggal 21 Oktober 2004 sampai 1 Oktober 2009. Beliau juga pernah menggantikan Mari Elka Pangestu sebagai Menteri Perdagangan (ad-interim) pada tahun 2009..

Drs. Suryadharma Ali Msi  adalah pria kelahiran Jakarta pada tanggal 19 September 1956. Ia menyelesaikan pendidikan sarjananya di Institut Agama Islam Negeri Syarief Hidayatullah, Jakarta, pada tahun 1984. Tahun 1984 ini  adalah asal usul tahun dimulainya sebagai tahun keberuntungan karena pada saat itu beliau terpilih sebagai Ketua Umum PB PMII dalam Kongresnya di Bandung, dimana ia sebelumnya adalah Ketua Umum PMII Cabang Ciputat dari tahun 1981-1982. Selanjutnya pada tahun 1985 ia berkarier di PT. Hero Supermarket hingga tahun 1999 di mana ia menduduki posisi sebagai  Deputi Direktur perusahaan ritel tersebut. Selain itu, ia juga aktif di berbagai organisasi ritel di Indonesia.

Pada Februari 2007, Suryadharma terpilih sebagai Ketua Umum PPP menggantikan Hamzah Haz. Kepengurusan periode kepemimpinannya didampingi oleh Wakil Ketua Umum Chozin Chumaidy, Irgan Chirul Mahfiz (Sekretaris Jenderal), Suharso Monoarfa (Bendahara), Bachtiar Chamsyah (Ketua Majelis Pertimbangan Pusat), KH Maemoen Zubair (Ketua Majelis Syariah), dan Barlianta Harahap (Ketua Majelis Pakar).

Jenjang karir yang cemerlang ini tidak lahir secara instan dan tiba-tiba, akan tetapi didahului oleh proses pengkaderan dan kependidikan bersama sang ayah yakni KH Ali Said, figur ulama Jakarta pada tahun 1970an sampai tahun 1980an.Prinsip-prinsip kegamaan, kemasyarakatan dan kepemimpinannya mengalir dan terinternalisir dalam dirinya.

Konsen dan perhatiannya pada organisasi dimulai ketika berkecimpung pada Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia pada tahun 1977 / 1984 di Ciputat. Bersama dengan para sahabatnya, ia hidup layaknya mahasiswa pada masa itu. Pagi ngopi terus ke kampus, siang berdiskusi dan buat paper, sore ke warung mpok Yah atau ke Darkum, memesan nasi actual (hangat), malamnya killing time kongkow-kongkow di ibnu sina 1 no 23.

Dari kongkow-kongkow ini banyak pembicaraan silih berganti dari yang ringan-ringan sampai ke masalah kenegaraan, dari guyon-guyon sampai pada plavon kehidupan, dan seterusnya. Sekretariat dan asrama PMII menjadi saksi bahwa hidup itu terus mengalir tanpa ada yang bisa mencegahnya. Makna persahabatan, keunikan pergerakan, dan jargon-jargon kemahasiswaan biarlah terus berbicara. Ada satu tahapan yang harus dilalui, biarkanlah dilewati. Tak perlu disimpan.

Pada tahun 1            984 itu sahabat Suryadharma Ali sempat mengajar di Fakultas Ushuludin, dan kalau diteruskan, mungkin sama seperti Sahabat Prof. Fathurrahman Rauf, dan lain-lain. Tapi waktu mengatakan lain, dia melamar ke Hero dan keterusan. Karena persaingan di IAIN pada waktu itu bagi sahabat-sahabat PMII tidak kondusif. Yang mulus perjalananya di kampus adalah orang lain. Kebetulan HERO tbk saat itu membutuhkan tenaga Sang Pria Idola pada masanya, termasuk bagi sahabat Wardah, istrinya.

Dan pada tahun 1998 bersama sahabat Arif Mudatsir, KH. Syukron Makmun, Ahmad Bagdja, KH Ma’ruf Amin sempat ikut menggagas berdirinya Partai Nahdlatul Umah. Berdiskusi dari Kramat Raya, Menteng, sampai ke Surabaya. Pada waktru itu syahwat berpolotik mulai kuat.  Tapi ketika PKNU lahir dia memilih Partai Persatuan Pembangunan sampai sekarang bersama sahabat Arif Mudatsir Mandan, Pak Ma’ruf Amin ke Partai Kebangkitan Bangsa bersama Gus Dur, Pak Bagdja ke PBNU dan Badan Pertimbangan Agung, KH. Syukron Makmun jalan bersama yang lainnya.

Pada PEMILU 1999 ayah yang memiliki empat anak itu ikut berkampanye untuk Partai Persatuan Pembangunan, hasilnya beliau ketua Komisi V DPR RI 2001-2004, Bendahara Fraksi PPP MPR RI 2004-2009, dan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat PPP. Waktu terus berjalan, dan pada Kabinet bersatu dibawah komando Presiden RI ke 6 Dr. H. Soesilo Bambang Yudoyono sebagai Menteri Negara Koperasi dan UKM RI yang ke-9 dan Menteri Agama RI yang ke-21 pada kabinet bersatu jilid 2.

Bagi sahabat kader pergerakan dan para alumni, sekarang ini perlu ada komunikasi yang sehat dan taat system. Oleh karenanya perlu ada persiapan yang matang dalam melakukan networking sejak dini. Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia harus menunjukan prestasi kerja dan prestasi dalam berorganisasi. Jaringan itu sudah tersedia, tinggal bagaimana mengolahnya dengan benar, jujur dan dapat dipercaya. Baik sebagai organisasi maupun sebagai komponen bangsa ini.

Kita sudah saatnya menata diri dengan baik sehingga teman kita yang jauh diseberang sana pun melihat dan mengukur kita dengan objektif, tanpa perlu menghasilkan signal negative ataupun prasangka yang bisa merugikan kitra sendiri. Jadi perlu ada kesepakatan yang teruji dan dapat dipertanggung-jawabkan. Kata kuncinya ada pada komitmen yang dibangun dan komitmen itu harus dilaksanakan dengan berani dan berkeadilan. 4.6021

Minggu, 16 Oktober 2011

ketua pmii ciputat dari masa ke masa


PMII CAB.CIPUTAT DARI MASA KE MASA
No
Ketua Umum
Sekretaris Umum
Masa Khidmat
1
Imam Jamin
Abdurrahman K
1960-1961
1
Choliludin AS
A.Zuhdi Anwar
1961-1962
2
Choliludin AS
Ibrahim AR, BA
1963-1964
3
Chozin, BA
A.Kodir Hanafi,BA
1964-1965
4
Choliludin AS
Zabidi Ahmad, BA
1965-1966
5
Moh. Nadjid Muchtar,BA
Moh. Dachlan Ch
1966-1967
6
Moh. Dachlan Ch
Maman Damanhuri Ma’mun
1967-1969
7
Moh. Dachlan. Ch
Mudzakir Djaelani
1969-1971
8
Mudzakir Djaelani
Kodiri Prihatin
1971-1972
9
Hafidz
Muhaimin AG
1972-1973
10
Muhaimin AG
Bashori Hakim
1974-1975
11
Ujang Effendi
Udjang Tholib
1975-1976
12
Abdul Aziz
Ace Saefullah
1976-1977
13
Maman Suherman
Syahid Suhandi Aziz
1977-1978
14
Hafidz Aswad saragih
Syamsuri Agus
1979-1980
15
Ahmad  Suherman
Gatot Abdullah Mansur
1980-1981
16
Suryadharma Ali
M. Zuher Husni
1981-1982
17
Muchsin Ibnu Djuhan
Poppy Huriati
1982-1983
18
Wahyu Nur Zumana
Iis Kholilah
1983-1984
19
Abdurrahman mas’ud
Abdullah Tholib
1984-1985
20
Dani Ramdani
Ujang Sidiq
1985-1986
21
Sofyan
Ujang Jamaludin
1986-1987
22
Ujang Jamaludin
Syaiful Umam
1987-1987
23
Anas Tahir Attazki
Thabrani Hafiz
1988-1989
24
Nurul Yakin Ishak
Hasanudin Ibnu Hibban
1989-1990
25
Muhtadi Alawi
Nurohman
1990-1991
26
Aceng Abdul  Azis
Taufik Amril
1992-1993
27
Ahmad Fauzi Wahab
Abdullah
1994-1995
28
Mukholik
M. Nahzil Qawim
1995-1996
29
Abdurahman(Adung)
Syaefullah Soum
1996-1997
30
Ghozi Al-Fatih
Ali Ghozi
1997-1998
31
Hery Heryanto Azzumi
Rasito
1998-1999
32
M. Jamilun
 Daan Dini Khoirunnida
1999-2000
33
M. Alamsyah M Jafar
M. Subhan Anshari
2000-2001
34
M. Faidzin
Wawan Saeful Bahri
2003-2004
35
Ahmad Ubaid
Miftahul Khair
2004-2005
36
Ahmad Diky Sofyan
Alfian Mujahidin
2005-2006
37
M. Sahirin
Haitami
2006-2007
38
M. Zaid
Syauqi
2007-2008
39
M.kholis Hamdy
M.Iqbal Alam Islami
2008-2009
40
Sutan Syarif hIdayat
Pradana Riyantori
2009-2011
41
Budi
Nurdiansyah
2011-2012

sejarah pmii ciputat


Inisiatif Pendirian
PMII Ciputat lahir pada 20 Pebruari 1960. Di antara para pendirinya adalah Zamroni (alm), Prof.Dr. Chotibul Umam, Drs. Nadjid Mukhtar, MA., Drs. Muzakkir Djaelani, Drs. Zarkasih Noor, Imam Yamin, Ari Amnan, Lamingi Lamtamzid (alm), Abdurrahman K, Zuhdi Anwar, H. Rusli, Jamhari, dan Mahmudi (alm). Pemilihan Ciputat sebagai nama cabang dari organisasi PMII, bukan komisariat IAIN, didasarkan atas pertimbangan lokasi di mana kampus dan organisasi ini berada.
Saat itu, mahasiswa yang belajar di ADIA (cikal bakal IAIN) umumnya adalah mereka yang ditugaskan belajar dari daerahnya masing-masing. Kebanyakan dari mereka adalah guru di madrasah (PGA) atau pegawai keagamaan. Latar belakang beragam, berasal dari seluruh penjuru Indonesia, dan kecenderungan paham keagamaan yang plural. Sebagian mereka berasal dari keluarga Nahdliyin dan banyak yang aktif di kegiatan Ikatan Putra Nahdlatul Ulama (IPNU).
Sebelum PMII didirikan, para mahasiswa NU tergabung dalam berbagai organisasi kemahasiswaan, seperti Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (IMANU) yang didirikan pada Desember 1955 di Jakarta dan Keluarga Mahasiswa Nahdhatul Ulama yang didirikan di Surakarta oleh Mustahal Ahmad. Namun, secara resmi organisasi kemahasiswaan untuk kader-kader NU ditampung di bawah IPNU. Di dalam struktur IPNU, ada badan atau lembaga yang khusus menghimpun mahasiswa-mahasiswa NU. PMII secara resmi didirikan di Surabaya pada 17 April 1960. Organisasi inilah yang kemudian menghimpun mahasiswa-mahasiswa dari kalangan nahdliyin. Organisasi PMII berada di bawah struktur PBNU, seperti organisasi IPNU dan Anshar. Faktor-faktor didirikannya PMII adalah:
  1. Carut marutnya situasi politik bangsa indonesia dalam kurun waktu 1950-1959.
  2. Tidak menentunya sistem perundang-undangan dan dalam masa  pemerintahan yang panca roba pada saat itu
  3. Keluarnya NU dari Partai Masyumi.
  4. Tidak nyaman lagi mahasiswa NU yang tergabung di HMI karena tidak terakomodasinya dan terpinggirkannya mahasiswa NU.
  5. Kedekatan HMI dengan salah satu parpol yang ada (Masyumi) yang notabene HMI adalah underbouw-nya.
Setelah PMII didirikan, beberapa mahasiswa yang berlatar belakang IPNU dan NU berkumpul dan sepakat untuk merencanakan pendirian PMII Ciputat. Kemudian, mereka menyebarkan formulir anggota PMII secara door to door ke mahasiswa yang tinggal di perumahan komplek. Sebelumnya, formulir anggota HMI sudah lebih dulu beredar di kalangan mahasiswa. Para pendiri PMII termasuk yang mendapat formulir HMI, namun mereka menolak dan justru menyebar kembali formulir yang berbeda, yaitu anggota PMII.
Dari sejumlah formulir yang disebar, sebanyak 57 formulir kembali. Mereka yang mengisi formulir menyatakan bersedia menjadi anggota PMII. Sebagian mereka adalah mahasiswa baru dan adapula mahasiswa senior yang sudah berkeluarga.
Mereka yang menyerahkan formulir kemudian diundang dalam pertemuan Deklarasi PMII. Deklarasi dilakukan oleh Pengurus Pusat PMII yaitu Mahbub Junaidi, Kholid Mawardi, dan Fahrurrozi (ketua cabang Jakarta dan pengurus pusat), dan dihadiri oleh aparat kepolisian, onggota organisasi kemahasiswaan lain, dan unsur IAIN. Pertemuan dan deklarasi itu dilaksanakan di dalam kampus.
Setelah dideklarasikan, tim kemudian membentuk kepengurusan PMII Ciputat, yang terdiri dari ketua umum Imam Yamin, wakil ketua Chotibul Umam, Ari Amnan bendahara, Lamingi Lamtamzid sebagai sekretaris, Abdurrahman K (dari sulawesi) sebagai sekretaris, dan beberapa nama lain seperti Zuhdi Anwar, Mudzakir Jaelani, H. Rusli (imam tentara), Jamhari, Idris, sebagai pengurus. Adapun Zamroni yang saat itu menjabat sebagai ketua Dewan Mahasiswa IAIN Jakarta menduduki sebagai penasihat. Sahabat Zamroni sendiri yang saat itu tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Bahasa Arab IAIN Jakarta adalah pendiri PMII Pusat pada 1960.
Alasan utama pendirian PMII adalah mengumpulkan mahasiswa-mahasiswa dari kaum nahdhiyin ke dalam satu wadah organisasi. Cita-cita awal pendirian organisasi underbow NU ini bersifat idealis, meskipun kemudian berkembang tujuan pragmatis. Tujuan idealis berkenaan dengan penyebaran dan penguatan paham ahlus sunnah wal jamaah di perguruan tinggi, terutama IAIN Jakarta. Adapun tujuan pragmatis berkisar pada keterlibatan orang-orang dalam pengelolaan IAIN Jakarta. Melalui organisasi ini, orang-orang PMII diperjuangkan untuk bisa menjadi dosen, pejabat, dan pegawai di IAIN.
Pada periode pertama, sahabat Chotibul Umam diangkat sebagai ketua umum PMII Cabang Ciputat periode 1961–1962. Untuk periode 1962–1964, sahabat Choliluddin AS diangkat sebagai ketua umum dengan sekretaris umum Ibrahim AR dan bendahara Dedy Anwar. Periode awal kepengurusan PMII Ciputat ini semasa dengan kepengurusan sahabat Said Budairi dan Cholid Mawardi di PMII Cabang Jakarta.

Ibnu Taimiyah 56
Tujuan mengumpulkan mahasiswa berlatar belakang Nahdliyin dan mempertahankan tradisi keagamaan diwujudkan melalui kegiatan pembinaan anggota PMII. Program pembinaan anggota dilakukan secara rutin melalui kegiatan pertemuan mingguan dengan agenda utama pembacaan kitab barzanji dan tahlilan. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi seputar ilmu pengetahuan, keorganisasian, dan wawasan lainnya. Untuk memperkuat silaturahim, kegiatan tersebut dilaksanakan secara bergilir dari rumah ke rumah sesama anggota PMII.
Selain tempat kegiatan yang berpindah-pindah, adapula tempat yang menjadi pusat kegiatan PMII. Rumah Ari Amnan (bendahara PMII periode awal) dijadikan tempat berkumpulnya pengurus dan anggota PMII. Ketika sahabat Amnan telah menyelesaikan studi, tempat ini terus dijadikan pusat kegiatan PMII. Rumah ini ditinggal penghuninya, karena harus mengabdi ke daerah asalnya. Tempat inilah yang selanjutnya menjadi Sekretariat PMII Cabang Ciputat hingga sekarang.

Dari kecil hingga besar
PMII Cabang Ciputat berdiri mendahului organisasi lain, seperti HMI dan IMM Ciputat, meskipun dari sisi persiapan sebenarnya HMI lebih siap untuk mendeklarasikan. Setelah PMII dideklarasikan, barulah HMI didirikan sebelum akhirnya IMM Cabang Ciputat juga didirikan beberapa tahun kemudian.
Dari sisi keanggotaan, PMII lebih lambat dibanding organisasi yang lain. Beberapa mahasiswa IAIN telah menjadi anggota organisasi lain yang menginduk ke Cabang Jakarta. Bisa dibilang, PMII lahir di saat organisasi lain telah lebih awal merekrut anggota. Seperti halnya anggota PMII yang umumnya berlatar belakang Nahdliyin, anggota organisasi lain juga berlatar belakang keagamaan (dan juga politik), seperti Masyumi atau Muhammadiyah. Kelahiran organisasi berbasis NU ini sempat mengagetkan anggota organisasi lain.
Di awal berdirinya, PMII Ciputat konsen pada kegiatan pembinaan anggota masing-masing dan tidak ada ketegangan di antara mereka. Pihak kampus pun mempersilahkan organisasi mahasiswa hidup di kampus. Apalagi secara kuantitas, jumlah mahasiswa yang tidak aktif di organisasi kemahasiswaan lebih banyak ketimbang mahasiswa yang aktif. Mereka pada umumnya kurang tertatik dengan organisasi, karena mereka adalah mahasiswa-mahasiswa yang memang ditugaskan oleh daerah untuk belajar. Sedangkan mereka yang aktif di organisasi adalah mereka yang memang memiliki bakat dan kepedulian yang besat terhadap organisasi, selain bidang akademik.
Tatkala Sahabat Zamroni menjadi ketua Dewan Mahasiswa IAIN jakarta bisa dibilang tidak ada ketegangan antar-organisasi yang berarti. Ketegangan dan justru muncul ketika posisi Zamroni sebagai ketua dewan mahasiswa digantikan oleh Ahmad Mudzakir yang notabene berasal dari organisasi lain. Ketika itu, Mudzakir sering berpidato dan menyinggung NU yang secara politik memang berseberangan dengan Masyumi. Adanya propaganda yang saling menyudutkan di antara dua kubu yang berseberangan berakibat pada perusakan papan pengumuman.
Ketegangan itu tidak bisa dilepaskan dari kondisi sosial politik di aras nasional. Masyumi dan NU yang memiliki garis politik berbeda saling bersaing. PMII yang menjadi organisasi di bawah NU dan HMI yang berada di bawah Masyumi turut terpengaruh pada konstelasi politik nasional ini. Ketika Masyumi dibubarkan, HMI menjadi organisasi independen, sementara PMII tetap berada di bawah NU.
Meski Masyumi telah dibubarkan, tekanan terhadap organisasi PMII oleh organisasi underbow Masyumi terus berlanjut. Tekanan itu bersifat psikis (mental) dan fisik. Bahkan, pimpinan organisasi PMII sempat diamankan dari upaya tindakan kekerasan dari organisasi lain.
Di awal berdirinya, sebagaimana disebutkan, PMII hanya beranggotakan 57 orang, bahkan ada yang menyebut 7 orang (kemungkinan didasarkan pada inisiator yang berjumlah tujuh orang-red). Dalam tradisi NU, angka tujuh memang memiliki kandungan spiritual. Angka ini disebut di dalam Al-Qur'an kitab sucinya seluruh umat manusia. Hari berjumlah tujuh, langit juga tujuh, tradisi tahlilan juga memasukkan hari ketujuh, tradisi mitoni (syukuran kehamilan) dilaksanakan di bulan ketujuh, dan seorang anak telah diperintah untuk menjalankan shalat sejak berumur tujuh tahun. Itulah sakralitas angka tujuh di kalangan nahdhiyin.
Begitu juga dengan anggota tujuh orang yang memiliki makna tersendiri di kemudian hari yang berkenaan dengan kebesaran PMII Ciputat. Dari tujuh anggota ini membesar menjadi 17 orang,  40 orang, 57 orang, lalu meningkat menjadi 100 orang, dan bertambah menjadi 1000 orang. Begitulah seterusnya hingga tak tercatat sampai sekarang. Bukan tak terhitung, tapi tak tercatat, karena saking banyaknya anggota tetapi tidak teradministrasi dengan baik. Kita bisa menyebut jumlah 10.000 anggota, seperti ketika menyebut jamaah NU sebanyak 40 juta. Input anggota PMII mulai meningkat sejak tahun 1964 ketika banyak daerah yang menugaskan para kadernya belajar di IAIN Jakarta. Mahasiswa yang berasal dari daerah umumnya berlatar belakang NU sehingga lebih cocok untuk masuk di PMII ketimbang di organisasi lainnya.

Idealisme dan soliditas
Mahasiswa yang masuk PMII umumnya dilandasi semangat ke-NUan. Mereka merasa bahwa identitas NU harus dipertahankan, sebagaimana telah mereka pertahankan tatkala berada di daerah masing-masing. Identitas PMII berarti identitas NU dan identitas NU adalah identitas mereka. Wajarlah ketika mahasiswa yang masuk anggota PMII bangga dengan status organisasinya. Mereka tak canggung lagi bicara NU di berbagai forum dan kesempatan.
Idealisme yang tertanam dalam jiwa sangat kuat. Tekad mereka adalah mempertahankan tradisi ke-NU-an dan memperjuangkan kelompok yang tersingkir. Garis perjuangan tidak mudah digoyah oleh kepentingan lain. Di antara bukti idealisme yang tertanam adalah ketika kader-kader NU dihina oleh kelompok lain, maka secara spontan mereka melawan penghinaan itu. Bahkan di suatu saat, kader PMII mencoba mengklarifikasi kritikan tidak mendasar dari kelompok lain terhadap anggota dan senior PMII.
Idealisme yang mengakar mengokohkan soliditas di antara para anggota. Meski secara kuantitas termasuk minoritas, namun soliditas dan kekompakan para anggota PMII sangat terasa. Kader-kader sangat mudah untuk mengonsolidasi diri dalam berbagai kegiatan. Mereka secara suka rela terlibat dalam berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh PMII. Persoalan dana yang biasa menghambat kelancaran organisasi tidak menjadi kendala berarti bagi lajunya roda organisasi PMII.

Kualitas Menonjol
Mahasiswa "sarungan" yang sering dianggap kolot dan tradisional ternyata mencapai puncak kesuksesan. Tidak sedikit mahasiswa PMII yang sukses di bidang akademik dan organisasi. Mereka menjadi yang terbaik di prestasi akademik dan menduduki jabatan puncak di organisasi internal kampus.
Sahabat Chotibul Umam dan Ahmad Rofii adalah contoh kader PMII Ciputat generasi awal yang sukses di bidang akademik. Keduanya adalah mahasiswa yang mendapat nilai akhir dengan predikat cumlaude di saat sistem pendidikan yang tidak memberi kemudahan untuk mencapai predikat tersebut dan tidak ada mahasiswa lain yang dapat mencapainya.
Kesuksesan lain di bidang organisasi ditunjukkan oleh kader PMII yang menduduki ketua Dewan Mahasiswa (DEMA) IAIN Jakarta. Adalah sahabat Zamroni dan Ahmad Sukardja yang mampu meraih puncak kepemimpinan di organisasi internal kampus. Mereka mampu mengalahkan kader lain yang berlatar belakang organisasi yang berbeda. Meski minoritas, namun akseptabilitas kader PMII sangat besar di kalangan mahasiswa. Hal ini membuktikan kompetensi yang dimiliki kader PMII lebih kompleks sehingga mahasiswa menganggap kader PMII lebih layak untuk memimpin DEMA.

Melahirkan NU
Di saat PMII Ciputat berdiri, warga muslim Ciputat dan sekitarnya sebagian besar menganut aliran politik Masyumi. Bahkan, pandangan politik umat Islam saat itu umumnya berhaluan Masyumi, karena aliran politik lainnya tidak cocok, seperti PNI dan apalagi PKI. Meski beraliran politik Masyumi, umat Islam saat itu memiliki tradisi keagamaan yang beragam. Ada yang menganut ritual keagamaan ala NU, ala Muhammadiyah dan sebagainya.
Di tengah situasi ketimpangan antara pandangan politik dan kebutuhan ritual itulah kader-kader PMII hadir. Sebagian anggota PMII adalah mubaligh yang berdakwah ke kampung-kampung. Mereka mendakwahkan agama dan tradisi yang dianut oleh NU. Ternyata apa yang mereka praktikkan cocok dan sepaham dengan apa yang disampaikan oleh kader-kader PMII. Dan ternyata masyarakat juga mencari "ritual" yang sempat hilang dari pemikiran keagamaannya.
Dakwah NU membuahkan hasil. Masyarakat dengan inisiatifnya sendiri berkumpul dan mengikrarkan diri untuk meneruskan tradisi keagamaan yang selama ini telah mereka praktikkan. Pada tahap selanjutnya, organisasi-organisasi NU (dari tingkat ranting hingga cabang) didirikan. Dakwah NU dari anggota PMII Ciputat ini menjangkau hingga wilayah Parung.